Manajemen Syariah ala Jokowi: Memimpin Dengan Hati Itu Ternyata Bisa Kok..

Oleh: M. Ridwan

“Jokowi is a leader who serves, and not a boss to be served. He is a public servant who prefers to be among his people, to feel what they feel and share their smiles and tears. That is natural leadership based on passion instead of appearance-engineering nonsense. And this is very difficult for the bossy, plutocratic bureaucrats to digest, let alone to follow”. (The Jakarta Globe)

Ada pemandangan baru dan menarik setelah pelantikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai gubernur DKI beberapa hari yang lalu. Yah, apalagi kalau bukan karena “tingkahnya” yang sangat kreatif dengan turun langsung ke berbagai pemukiman “kumuh” di Jakarta. Ketika tulisan ini dibuat, setidaknya sudah lebih 9 titik yang dikunjungi Jokowi. Menurut sang gubernur, tujuannya adalah untuk melihat dan mendengarkan langsung keluhan warga. Tindakannya ini mendapat respon positif dari warga. Berpuluh curhat telah disampaikan kepadanya, padahal ia baru memimpin selama seminggu saja. Ada yang curhat tentang biaya sekolah anaknya yang sampai 40 juta, ada yang curhat tentang biaya sewa kios dagangan yang tinggi dan memberatkan para pedagang, ada pula yang curhat tentang pemukimannya yang kumuh,dsb. Saya tidak bisa membayangkan akan ada berapa ratus ribu curhat lainnya yang bakalan disampaikan kepadanya beberapa tahun ke depan. Tak heran, kalau banyak yang menyatakan bahwa bahwa sosok seperti Jokowi harus diduplikasi, dibuat “copy-nya”, dikloning, dan seabrek istilah untuk menggambarkan betapa masyarakat butuh banyak Jokowi lainnya. Muncul pula istilah Jokowi Effect, sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa sosok seperti Jokowi begitu menginspirasi warga negeri ini. Jangan-jangan, sudah ada pula yang melihat fenomena ini sebagai sebuah peluang bisnis. Misalnya, dengan membuat pernak-pernik dimana Jokowi sebagai maskotnya, mungkin seperti munculnya boneka-boneka Angry Birds yang fenomenal itu. Saya juga haqqul yaqin, bahwa bukan hanya warga Jakarta saja yang mengapresiasi tindakan itu. Seluruh masyarakat di propinsi lain bahkan warga dunia pasti mendambakan tindakan tulus dari para pemimpinnya.

Saya sering membacakan cerita Umar bin Khattab kepada kedua puteri saya. Saya yakin, kita pasti sering mendengar kisah mengenai seorang ibu yang merebus batu dan terpaksa mengelabui anaknya yang sedang kelaparan. Si ibu sama sekali tidak memiliki apapun untuk dimasak sementara sang anak merengek-rengek kelaparan minta makan. Syukurnya, tindakan sang ibu diketahui oleh Umar yang malam itu kebetulan sedang lewat di samping rumahnya dan mendengar tangisan sang anak. Umar memang mempunyai kebiasaan mblesukan ke kampung-kampung untuk melihat langsung permasalahan masyarakat. Dia tidak mencukupkan informasi yang diterimanya dari para bawahannya semata.  Persis sama seperti yang dilakukan Jokowi saat ini seminggu ini.

Singkat cerita, Umar merasa sangat bersalah melihat kondisi sang ibu. Tanoa berkata apapun beliau langsung mengambil sekarung gandum dari baitul mal dan memikulnya sendiri ke rumah si ibu . Ia bahkan menolak bantuan ajudannya untuk membawakan gandum yang cukup berrat itu. “Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di akhirat karena perbuatanku yang menelantarkan rakyat?,biarlah daku yang memikulnya” begitu jawaban Umar kepada sang ajudan. Ia kemudian memasak gandum itu hingga matang dan menyuruh si ibu membangunkan anak-anak yang telah tidur tadi. Apalah daya sang anak yang kelaparan tadi kecuali akhirnya tertidur dengan perut kosong. Sebuah kisah yang sangat mengharukan dan tentu saja menginspirasi.

Sejarah juga mencatat bahwa Umar bin Khattab pernah menolak usulan untuk menaikkan tunjangan gajinya. Ceritanya, saat itu harga-harga di Madinah sedang naik, para sahabat mendatangi Hafsah puteri Umar untuk membicangkan tentang tambahan gaji Umar. Mereka khawatir tunjangan khalifah itu kurang dan menyulitkan Umar dan keluarganya. Namun, apa yang terjadi?, jangankan untuk disetujui, Umar malah marah dan bertanya siapa yang telah begitu lancang mengajukan usulan ini. Kata-kata yang cukup diingat saat itu sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Tarikh al-Thabariy. “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajahnya.” Continue reading “Manajemen Syariah ala Jokowi: Memimpin Dengan Hati Itu Ternyata Bisa Kok..”